Coban trisula terletak di desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo. tempat wisata ini memang belum setenar coban pelangi ataupun coban lain yang berada di daerah sekitar Poncokusumo. Maklum lah tempat wiata ini memang baru aja di resmikan.
.
Untuk mencapai ke Coban trisula, bisa di tempuh dngan menggunakan sepeda motor, sekitar 1 jam dari arah pasar tumpang.apabila anda menggunakan jasa ankutan umum,Dari arah Arjosari anda bisa menggunakan mikrolet jurusan TA (Tumpang-Arjosari) dan turun ke terminal tumpang. Dari arah Tumpang Anda bisa menggunakan mikrolet yang menuju arag gubuklakah, setelah itu dilanjutkan dngan naik ojek ke arah coban trisula.
Air terjun coban trisula jatuh tiga tingkat mengikuti arus sungai lajing,mungkin inilah yang menakibatkan coban tersebut dinamakan coban trisula. kebanyakan pengunjung menggunakan coban Trisula untuk tempat istirahat atau peringgahan pendaki yang pulang dari gunung Bromo. pengunjung biasanya mulai berdatangan pada akhir pekan, terlebih lagi menjelang pelaksanaan upacara Kasodoan (sedekah gunung) dan libur panjang.
selain dari kota Malang, coban trisula dapat dilalui dari arah kota Pasuruan Lumajang ataupun Probolinggo. Tarif masuk ke Coban trisula dilihat dari Status kewarganegaraan. untuk turis Asing biasa dikenakan sekitar 2 dolar dan untuk pengunjung Lokal dikenakan biaya sebesar Rp3500. Akan tetapi bagi pelajar kita akan mendapatkan potongan harga sekitar 50% dengan menunjukkan kartu pelajar.
Pemandangan yang indah dan ekotis seta jalur yang rindang dan berkelok-kelok membuat wisatawan merasa nyaman, Konsep kembali ke alam yang ditawarkan objek wisata Coban Trisula, membuat pengunjung betah berlama-lama di tempat tersebut.
saat tiba di pos tempat pembelian karcis, pengunjung tidak langsung dapat menikmati indahnya Coban Trisula secara langsung,seperti di Coban ROndo. jalan setapak dan berliku-liku melewati hutan sudah siap menunggu dan tentunya hal itu mampu memompa semangat dan adrenalin. Perjalanan sekitar 15 menit menapaki jalan yang licin sepanjang 600 meter dan dikelilingi jurang, mutlak membutuhkan stamina yang tidak sedikit. Setelah setapak demi setapak menusuri jalanan licin dan berlumut, gemericik air yang jatuh dari ketinggian dengan segera mampu mengusir rasa letih akibat perjalanan jauh dan menantang.
Saat pengunjung sampai di lokasi.yang kita lihat adalah air terjun kedua yang mempunyai tiga kolam besar yang menampung aliran air dari Sungai Lajing. Air terjun kedua itu hanya setinggi 2,5 meter, namun pesona keindahan yang menyelimutinya membuat wiatawan merasa kagum atas keindahan coban trisula. Untuk bisa melihat air terjun utama, pengunjung harus mendaki bukit kecil yang ditumbuhi pepohonan tropis dengan akar-akarnya yang dapat dijadikan pegangan. Air terjun utama setinggi 35 meter tersebut tampak megah dan anggun, memecah aliran sungai menjadi butiran-butiran putih yang menyejukkan dan tertiup angin menerpa wajah pengunjung. Berbeda dengan air terjun pertama dan kedua, air terjun ketiga lebih tersembunyi letaknya, untuk mencapainya kita harus kembali menuruni bebatuan licin dan terjal, keindahan yang ditawarkan juga tak kalah menarik. Air terjun ketiga itu hanya setinggi 11 meter, namun demikian keindahannya tetap terpancar dari buih-buih yang mengalir dibawahnya.
selain Air terjun,Coban trisula juga menawarkan keindahan flora yang cukup indah.tanaman seperti pakis, anggrek dan tumbuhan epifit lain nya,menjadikan banyak peneliti yang datang untuk berkunjung ke Coban ini.
tidak ada salah nya anda datang ke coban ini.anda bisa merasakan indahnya coban tak seperti yang anda lihat sebelumnya.
Wednesday, June 15
Sunday, May 15
Malang kembali
Festival Malang Kembali atau yang biasa disebut Malang Tempoe Doeloe ke VI Tahun 2011 akan digelar di sepanjang Jalan Ijen pada tanggal 19 -22 Mei 2011
malang-kembali-vi-4Tahun ini adalah tahun ke enam dari Festival Malang Kembali atau Malang Tempo Doeloe. Seperti tahun-tahun kemarin festival ini akan kembali diadakan di sepanjang jalan Ijen. Festival Malang Kembali pada tahun ini diharapkan dapat membawa perubahan dan merubah pandangan orang bahwa festival ini hanya sekedar pasar malam yang rutin setiap tahun diadakan. Festival Malang Kembali tahun ini akan mengusung tema Discovering Heritage.
Festival Malang Kembali VI kali ini akan mengangkat tema “Kembalinya Kebanggaan Berbusana Tradisi“
malang-kembali-vi-1Diharapkan dengan festival ini, pengunjung yang datang tidak hanya sekedar datang, foto-foto, makan-makan tetapi juga memperoleh informasi sejarah kota Malang. Dari info yang didapat, kemungkinan besar akan banyak sekali perubahan dalam penyelenggaraan Festival Malang Kembali, diantaranya adalah penataan stan menurut jenis-jenisnya yang nanti akan dibagi menjadi pasar pon yang menjadi pusat kerajinan, pasar pahing yang menjadi pusat batik, pasar kliwon sebagai tempat pasar barang antik dan unik, juga ada pasar pahing dan pasar legi.
Sehingga sepanjang jalan tetap akan diwarnai dengan pasar namun yang bernuansa pendidikan. Jumlah stan menurut rencana juga akan dikurangi, jika tahun lalu ada 500 stan, tahun ini kemungkinan hanya sekitar 400 stan saja.
Dengan adanya perubahan tersebut, diharapkan pengunjung mendapat pengalaman yang berbeda dari tahun-tahun penyelengaraan yang lalu.
Adapun Denah Lokasi Pelaksanaan Malang Tempoe Doeloe seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Denah Festival Malng Kembali VIDalam Malang Tempoe Doeloe VI tahun 2011 ini juga disediakan TOUR GRATIS TAK OESAH BAJAR bagi Pengunjung Hotel yang berada di Kota Malang.
malang-kembali-vi-4Tahun ini adalah tahun ke enam dari Festival Malang Kembali atau Malang Tempo Doeloe. Seperti tahun-tahun kemarin festival ini akan kembali diadakan di sepanjang jalan Ijen. Festival Malang Kembali pada tahun ini diharapkan dapat membawa perubahan dan merubah pandangan orang bahwa festival ini hanya sekedar pasar malam yang rutin setiap tahun diadakan. Festival Malang Kembali tahun ini akan mengusung tema Discovering Heritage.
Festival Malang Kembali VI kali ini akan mengangkat tema “Kembalinya Kebanggaan Berbusana Tradisi“
malang-kembali-vi-1Diharapkan dengan festival ini, pengunjung yang datang tidak hanya sekedar datang, foto-foto, makan-makan tetapi juga memperoleh informasi sejarah kota Malang. Dari info yang didapat, kemungkinan besar akan banyak sekali perubahan dalam penyelenggaraan Festival Malang Kembali, diantaranya adalah penataan stan menurut jenis-jenisnya yang nanti akan dibagi menjadi pasar pon yang menjadi pusat kerajinan, pasar pahing yang menjadi pusat batik, pasar kliwon sebagai tempat pasar barang antik dan unik, juga ada pasar pahing dan pasar legi.
Sehingga sepanjang jalan tetap akan diwarnai dengan pasar namun yang bernuansa pendidikan. Jumlah stan menurut rencana juga akan dikurangi, jika tahun lalu ada 500 stan, tahun ini kemungkinan hanya sekitar 400 stan saja.
Dengan adanya perubahan tersebut, diharapkan pengunjung mendapat pengalaman yang berbeda dari tahun-tahun penyelengaraan yang lalu.
Adapun Denah Lokasi Pelaksanaan Malang Tempoe Doeloe seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Denah Festival Malng Kembali VIDalam Malang Tempoe Doeloe VI tahun 2011 ini juga disediakan TOUR GRATIS TAK OESAH BAJAR bagi Pengunjung Hotel yang berada di Kota Malang.
Posted by
scoot
Monday, April 25
Cangar
Cangar, jaraknya sekitar 18 km dari kota Batu. Sepanjang perjalanan aku memperhatikan banyak sekali titik-titik yang sangat indah selama perjalanan menuju lokasi dari arah kota batu, kita akan memasuki Desa Punten, yang terkenal dengan desa sejuta bunga, karena sepanjang perjalanan, maupun hampir seluruh penduduknya menanam bunga, baik untuk di jual maupun untuk dinikmati sendiri. kita akan melihat hamparan bunga berbagai macam jenis dan spesies.
Setelah itu kita akan memasuki perkebunan apel yang banyak bertebaran di sebelah kanan dan kiri jalan yang kita lewati. dan banyak juga para pedagang apel yang menjajakan apel segar yang baru saja di petik, bila panen raya tiba, harga apel disini bisa kita tawar dengan sedikit lebih rendah dari harga biasanya.
Setelah kita melewati kebun apel dan pemukiman penduduknya, kita akan mulai memasuki perjalanan yang lebih menyenangkan. Jalannya meliuk-liuk seperti ular. Kita akan melihat hamparan perkebunan sayur mayur yang terdapat hampir di sepanjang sisa perjalanan menuju cangar, suasana jadi lebih indah lagi karena latar belakang perbukitan yang hijau, udara yang sangat sejuk dan hamparan hijau sayuran ditambah sedikit2 bunga liar yang banyak tumbuh di sebalah sisi jalan.
Selain itu, kita akan menemui banyak Green House budidaya Jamur dari yang kelas home industri hingga skala industri besar. Konon, jamur-jamur ini di ekspor ke luar negeri.
Setelah perjalanan mencapai titik tertinggi, jalanan akan menurun tajam hingga 45 derajat dengan tikungan berbentuk U sebanyak 5 kali. Dan kita mulai masuk ke lokasi wisata Cangar. Harga tiket masuknya murah banget, hanya Rp. 3.000,-/orang. Tapi, khusus wisatawan asing harga tiketnya Rp. 20.000,-
Letak kolamnya sekitar 100 m dari loket. Jalan setapak yang menurun menuju lokasi berupa anak tangga yang cukup lebar namun curam. Perjalanan menuju lokasi, kita akan memasuki hutan yang sangat lebat. Suara khas binatang hutan akan mengiringi perjalan anda. Udara di sini sangat sejuk, dingin.. namun sangat menyegarkan.
Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/health-care-management/1944947-cangar/#ixzz1KWk33zMx
Posted by
scoot
Sengkaling
sengkaling, merupakan salah satu anak perusahaan Bentoel Group yang bergerak di bidang jasa pariwisata dalam bentuk taman rekreasi. Dilengkapi dengan berbagai jenis wahana permainan serta kolam renang, lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Taman Rekreasi Sengkaling.
Taman Rekreasi Sengkaling, pertama kali didirikan oleh seorang yang berkewarganegaraan Belanda, yaitu Mr. Coolman pada tahun 1950. Sejak tahun 1975 sampai sekarang, pengelolaan Taman Rekreasi Sengkaling ini diambil alih oleh Bentoel Group dengan nama PT. Taman Bentoel.
Pada awal beroperasinya Taman Rekreasi Sengkaling, hanya diperuntukkan bagi karyawan Bentoel Group, namun seiring perkembangan, dan atas permintaan warga masyarakat yang berkeinginan turut menikmati, akhirnya Taman Rekreasi Sengkaling dibuka untuk umum. Ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan sejarahnya, kehadiran Taman Rekreasi Sengkaling memang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat. Dan sebagai salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) Bentoel Group, maka Taman Rekreasi Sengkaling berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan sarana hiburan, rekreasi dan kebugaran dengan harga yang terjangkau.
Taman Rekreasi Sengkaling dibuka non stop setiap hari, dengan jam operasional mulai pukul 06.00 hingga pukul 17.00. Hal ini dimaksudkan untuk memberi keleluasaan kepada masyarakat yang akan melakukan rekreasi sekaligus bersantai bersama keluarga.
Taman Rekreasi Sengkaling memiliki luas keseluruhan +/- 9 hektar (6 hektar di antaranya berupa taman dan pepohonan hijau yang rindang). Mempunyai berbagai fasilitas yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan tempat wisata yang lain. Salah satu keunggulan tersebut adalah terdapat wisata air, seluruh air yang ada berasal dari sumber alami. Konon, salah satu sumber yang ada yaitu Kolam Tirta Alam, dipercayai bisa membuat orang awet muda dan sampai saat inipun masih banyak masyarakat yang mempercayainya.
Taman Rekreasi Sengkaling berusaha selalu berbenah diri agar menjadi tujuan wisata yang terbaik. Dengan cara diantaranya adalah dengan menambah berbagai jenis wahana permainan dan pendidikan, peningkatan pelayanan, serta meningkatkan kualitas maupun kuantitas hiburannya. Kami juga memiliki hot line dengan nomor 081.8080.90000, sebagai sarana komunikasi yang memungkinkan masyarakat bisa memberikan masukan dan saran yang berguna bagi perbaikan pelayanan Taman Rekreasi Sengkaling.
Taman Rekreasi Sengkaling terletak di Jl. Raya Mulyoagung No. 188, kecamatan Dau, kabupaten Malang, propinsi Jawa Timur, berjarak +/- 10 km dari pusat kota Malang. Lokasinya sangat strategis karena tepat berada di tepi jalan raya yang menghubungkan antara kota Malang dengan kota Batu, selain itu sangat mudah dicapai oleh kendaraan.
Posted by
scoot
Saturday, January 29
Jatim Park2
Nama Kota Wisata memang pantas disematkan pada Kota Batu Malang. Jenis objek dan ragam wisatanya yang bemacam akan selalu menarik banyak pelancong untuk datang. Setelah kami memulai pagi dengan mengunjungi Air Terjun Coban Rondo, kami kemudian mengunjungi kawasan wisata Jatim Park 2 yang berlokasi di Jalan Raya Oro-Oro Ombo. Objek wisata ini merupakan komplek wisata edukasi, yang di dalamnya terdapat Pohon Inn, Batu Secret Zoo, dan Museum Satwa.
Begitu tiba di pelataran komplek kami melihat tiga massa bangunan utama dengan tampak luar yang saling berebut perhatian. Façade Pohon Inn dibuat sedemikian rupa sehingga bangunan yang berfungsi sebagai hotel dan restoran ini secara metaforis tampak seperti pohon raksasa. Di kanannya berdiri Batu Secret Zoo yang tak kalah sensasional. Tampilan bangunannya yang geometris dan modern, seolah sengaja dibuat nyeleneh dari langgam bentuk façade kebun binatang yang biasanya. Sedang bangunan yang lain, Museum Satwa, dari luar sudah tampak begitu megah, bergaya klasik dengan kolom-kolom Yunani berukuran besar dan tinggi.
Ramai sekali memang, tiga bangunan wisata edukasi yang facade-nya dikemas begitu rupa, hingga melampaui bentuk bangunan wisata edukasi yang biasanya. Jarang, kalau bukannya tidak pernah, kami menemui kebun binatang yang berbentuk seekstrim ini. Museum satwa yang dibangun dengan bentuk tak biasa, dan bangunan hotel dengan tampilan serupa pohon raksasa? Wah, bisa jadi hanya komplek inilah yang punya.
Dari tiga bangunan itu kami memilih untuk mengunjungi museum. Kenapa? Karena sepertinya kebanyakan pengunjung memang sengaja datang ke Jatim Park 2 hanya untuk mengunjungi Museum Satwa. Tampak banyak pengunjung sedang beristirahat di pelataran museum, beberapa pengunjung sedang berfoto dengan gajah raksasa yang ada di kiri-kanan pintu utama bangunannya sebagai latar belakang.
Begitu memasuki museum ini sepintas saya berpikir, di komplek ini sepertinya semua sengaja dibuat besar dan sensasional. Tepat setelah pintu masuk, pengunjung disambut oleh bentukan sangkar raksasa, tepatnya sangkar burung berukuran sangat besar. Di dalam sangkar itu ditampilkan replika burung-burung tropis yang ukurannya dibuat sedekat mungkin dengan ukuran aslinya. Burung-burung itu ditata beragam pose dalam lingkungan buatan yang menyerupai habitat asalnya.
Memasuki ruang berikutnya berdiri beberapa replika fosil dinosaurus yang terbuat dari bahan fiberglass. Ruang ini menarik, karena penerangannya diperoleh dari langit-langitnya yang dilukis persis seperti langit lengkap dengan gumpalan awan.
Menelusuri Museum Satwa ini kita dapat melihat berbagai jenis hewan yang diawetkan. Hewan yang diawetkan itu ditempatkan dalam kotak-kotak kaca, yang dihias dan diberi latar belakang lukisan yang mirip dengan habitat asalnya. Tak lupa di tiap kotak kaca itu terpasang pula label yang tertulis nama, keterangan, serta dari mana hewan itu berasal. Dengan cara ini pengunjung dapat mengetahui lebih banyak mengenai hewan yang ditampilkan.
Di Museum Satwa ini kita akan menemukan 84 akuarium dengan jenis hewan yang berbeda, masing-masing dikelompokkan baik menurut benua asal habitat hidupnya ataupun menurut kelas species-nya. Misalnya pada satu ruangan akan tampak akuarium-akuarium berisikan hewan dari Afrika. Ada Jaguar, Harimau ataupun Singa. Di ruangan lain terdapat jenis hewan kutub, dan lain sebagainya. Selain itu terdapat pula insectarium, yang berisikan berbagai jenis serangga, berupa kumbang, kupu-kupu dan lain-lainnya. Ada pula Fish Diorama, yang berisikan berbagai jenis ikan yang terbuat dari fiberglass dan dibuat seolah berada di dalam air. Dalam Fish Diorama tersimpan bermacam ikan air tawar dan ikan air laut sebagai koleksinya.
Objek wisata edukatif ini akan sangat menarik bagi para wisatawan yang berlibur bersama keluarga. Di mana anak-anak dapat mempelajari lebih banyak mengenai satwa melalui beragam informasi yang dihadirkan dalam museum, dengan bimbingan orang tua. Ditambah lagi dengan adanya teater ataupun tayangan video dari layar-layar digital, yang menampilkan informasi-informasi mengenai satwa dunia secara menerus.
Posted by
scoot
Jatim Park 1
Jawa Timur Park (JTP) merupakan objek wisata yang memadukan secara serasi konsep pendidikan (Education) dan konsep pariwisata (Tourism) dalam satu ruang dan satu waktu, sehingga mampu menjadi sarana penyebaran informasi tentang khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi (Biologi/ Kimia / Matematika / Fisika), Stadium Galeri Belajar yang mampu menampung 300 siswa, lembar Panduan Belajar Siswa dan kelengkapan alat peraga ilmu terapan (Indoor & Outdoor) yang diantaranya didukung oleh PLN, Telkom, Rimba Raya dan sejumlah Universitas Terkemuka (Negeri maupun Swasta) di Jawa Timur.
untuk harga tiket anda tak perlu khawatir, karena sesuai dngan keindahannya.Serta dapat menjadi pemandu untuk memperdalam wawasan tentang ragam budaya bangsa dengan keberadaan Galeri Etnik Nusantara dan Anjungan Jawa Timur.
Terletak di lereng timur gunung Panderman, dalam area ± 11 hektar dan ketinggian 850m diatas permukaan laut, serta didukung hadirnya 3 wahana baru setiap tahunnya yang lebih menghibur dan mengasyikan, pengunjung dapat merasakan kesejukan, kenyamanan dan keindahan panorama pegunungan yang menjadi background Jawa Timur park dan kota Batu.
Dengan suguhan (One Stop Service) Jawa Timur Park menyambut kedatangan anda mulai 08.30 - 16.00 WIB setiap harinya.
Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung berupa outlet Makanan, Minuman, Pasar Wisata, Pasar Buah, Pasar Sayur dan Galeri Bung. Serta fasilitas umum yang tak kalah pentingnya yaitu Mushola, Klinik, Wartel, Nursery Room, Toilet dan Tempat Parkir yang representatif.
Jawa Timur Park juga dilengkapi dengan Club Bunga Butik Resort & Pondok Penginapan Jatim Park yang akan membuat acara wisata anda terasa nyaman, tenang, menyenangkan dan tidak terburu-buru karena lokasinya yang relative dekat dengan Jawa Timur Park.
untuk lebih jelas, anda bisa kunjungi situs: http://jawatimurpark.com
Posted by
scoot
Pantai Ngliyep
Wisata pantai ngliyep sangat terkenal dengan ganasnya gelombang ombak, ditambah lagi dengan hawa yang sangat sejuk, sehingga banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang mengunjunginya.
Dipantai ini terdapat keunikan yaitu pusaran air yang berputar-putar tak menentu, dan membentuk sebuah keanehan, sehingga ombak yang menghampirinya pun akan hilang dengan sendirinya. Pantai ini sangat lebar dan panjang sehingga pengunjung dapat bersantai dengan leluasa.
Keunikan lain adalah setiap tahunnya pada tanggal 12 maulud (bulan jawa), terdapat atraksi wisata yang merupakan acara khas tradisional yaitu upacara labuhan atau sedekah laut. Yang dilakukan oleh masyarakat kedungsalam dengan membawa sesaji beraneka ragam dan diiringi dengan reog dan jaranan serta diikuti para pengawal dengan menggunaka pakaian adat.
Wisata pantai ngliyep terletak didesa kedungsalam kecamatan donomulyo kabupaten malang. Sekitar 65 KM dari kota malang. 10 ha pantai ngliyep juga merupakan kawasan hutan lindung yang dilindungi oleh pemerintah. Posted by scoot
Thursday, January 27
Candi Singosari
Candi Singosari sebenarnya merupakan contoh sebuah bangunan candi yang
belum sepenuhnya selesai dikerjakan Meskipun demikian, pada candi ini tersimpan suatu
karya seni yang tinggi, terutama seni arca. Di candi inilah ditemukan puncak kesenian
Indonesia purba.
Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Berdiri megah di sebuah lembah di antara Gunung Bromo dan
Gunung Arjuna pada ketinggian sekitar +500 meter d.p.l.
Nama candi ini disebut-sebut dalam Kitab Nagarakertagama Pupuh 37:7 dan
38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada (1351 Masehi) yang ditemukan di halaman candi,
sebagai tempat pendharmaan raja Singhasari terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi.
Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar
(200 x 400 meter. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan
bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi
Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah baratdaya Candi Singosari.
Apabila kita menuju ke Singosari dari arah baratlaut, di sebelah kiri dan kanan
jalan masuk, ditemukan sepasang arca raksasa yang tingginya 3,70 meter. Dekat kedua
arca itu terdapat sebidang tanah lapang yang disebut alun-alun.
Dengan ditemukannya dua arca raksasa
di dekat alun-alun, beberapa pakar menduga
bahwa daerah itu dulunya merupakan
pusat kerajaan Singhasari. Arca raksasa
biasanya ditempatkan dekat dengan keraton
atau dekat pintu masuk halaman candi.
Konon, ketika arca itu hendak diangkat untuk
ditempatkan pada lantai beton, arca itu tidak
dapat diangkat. Tetapi di malam hari, barulah
arca itu dapat diangkat dan dipindahkan. Oleh
sebab itu, ketika akan diangkat pada siang
hari, mata arca tersebut ditutup dengan kain.
Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak,
terutama pada bagian puncak atap menara. Pada tahun 1934 candi itu mulai dipugar. Untuk
keperluan itu, candi tersebut dibongkar sampai ke bagian kakinya, kemudian dibangun
kembali selapis demi selapis. Karena bagian yang hilang cukup banyak, perbaikan jadi
tidak sempurna. Candi itu hanya dapat dibangun kembali sampai atap tingkat dua.
Pembangunan kembali hingga mendapatkan bentuk yang seperti sekarang kita lihat selesai
tahun 1936.
Bangunan Candi Singosari seluruhnya dibuat dari batu andesit dengan arah
hadapnya ke barat. Denahnya berbentuk bujursangkar dengan ukuran 14 x 14 meter dan
tinggi 15 meter. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi
yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi
dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki
candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan
bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi
terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala
kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian
tubuh.
Bangunan penampil yang ditemukan pada keempat sisi juga terdapat pada bagian
tubuh candi. Namun relung yang terdapat pada bagian tubuh ini berukuran lebih kecil dan
tidak terlalu dalam. Di bagian atas relung juga terdapat hiasan kepala kala. Hiasan kala
yang terdapat di sini telah selesai dikerjakan.
Dari undak-undak sisi barat, dapat dicapai bagian atas batur yang merupakan selasar
untuk mengelilingi kaki candi. Undak-undak itu berhubungan dengan bangunan
penampil dan bilik tengah (ruang utama) candi. Di dalam bilik tengah itu terdapat lingga
dan yoni. Di bagian bawah lantai bilik tengah terdapat sistem parit. Di sebelah kiri dan
kanan jalan masuknya terdapat relung-relung kecil yang di dalamnya terdapat arca
Mahakala dan Nandiswara. Bilik-bilik lain yang dapat dimasuki melalui selasar keliling
pada batur, dulunya berisi arca Durga (bilik utara), Ganesa (bilik timur), dan Siwa-Guru
(bilik selatan). Arca Durga dan Ganesa sudah hilang, sedangkan arca Siwa-Guru masih
ada.
Candi Singosari dulunya tidak berdiri
sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam
lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi.
Mungkin di atas batur itu terdapat
bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang
mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi
yang terdapat di dalam kompleks percandian
terdapat arca Prajñaparamita, dewi kebijaksanaan
dalam agama Buddha, yang sekarang
disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca
lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan
yang terdapat di sekitar Candi Singosari
adalah arca Ganesa, Chakrachakra (Bhairawa),
Brahma, Trnawindu, dan Agastya.
Arca Durgamahisasuramardini.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam
bentuk Bhairawa ini, Siwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin
Chakrachakreswara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya
memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan (moko ?), dan tengkorak
manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Sayang hingga kini seluruh arca, kecuali arca Prajñaparamita, masih berdomisili
di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan
tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan
hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang
sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara.
belum sepenuhnya selesai dikerjakan Meskipun demikian, pada candi ini tersimpan suatu
karya seni yang tinggi, terutama seni arca. Di candi inilah ditemukan puncak kesenian
Indonesia purba.
Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Berdiri megah di sebuah lembah di antara Gunung Bromo dan
Gunung Arjuna pada ketinggian sekitar +500 meter d.p.l.
Nama candi ini disebut-sebut dalam Kitab Nagarakertagama Pupuh 37:7 dan
38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada (1351 Masehi) yang ditemukan di halaman candi,
sebagai tempat pendharmaan raja Singhasari terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi.
Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar
(200 x 400 meter. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan
bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi
Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah baratdaya Candi Singosari.
Apabila kita menuju ke Singosari dari arah baratlaut, di sebelah kiri dan kanan
jalan masuk, ditemukan sepasang arca raksasa yang tingginya 3,70 meter. Dekat kedua
arca itu terdapat sebidang tanah lapang yang disebut alun-alun.
Dengan ditemukannya dua arca raksasa
di dekat alun-alun, beberapa pakar menduga
bahwa daerah itu dulunya merupakan
pusat kerajaan Singhasari. Arca raksasa
biasanya ditempatkan dekat dengan keraton
atau dekat pintu masuk halaman candi.
Konon, ketika arca itu hendak diangkat untuk
ditempatkan pada lantai beton, arca itu tidak
dapat diangkat. Tetapi di malam hari, barulah
arca itu dapat diangkat dan dipindahkan. Oleh
sebab itu, ketika akan diangkat pada siang
hari, mata arca tersebut ditutup dengan kain.
Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak,
terutama pada bagian puncak atap menara. Pada tahun 1934 candi itu mulai dipugar. Untuk
keperluan itu, candi tersebut dibongkar sampai ke bagian kakinya, kemudian dibangun
kembali selapis demi selapis. Karena bagian yang hilang cukup banyak, perbaikan jadi
tidak sempurna. Candi itu hanya dapat dibangun kembali sampai atap tingkat dua.
Pembangunan kembali hingga mendapatkan bentuk yang seperti sekarang kita lihat selesai
tahun 1936.
Bangunan Candi Singosari seluruhnya dibuat dari batu andesit dengan arah
hadapnya ke barat. Denahnya berbentuk bujursangkar dengan ukuran 14 x 14 meter dan
tinggi 15 meter. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi
yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi
dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki
candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan
bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi
terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala
kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian
tubuh.
Bangunan penampil yang ditemukan pada keempat sisi juga terdapat pada bagian
tubuh candi. Namun relung yang terdapat pada bagian tubuh ini berukuran lebih kecil dan
tidak terlalu dalam. Di bagian atas relung juga terdapat hiasan kepala kala. Hiasan kala
yang terdapat di sini telah selesai dikerjakan.
Dari undak-undak sisi barat, dapat dicapai bagian atas batur yang merupakan selasar
untuk mengelilingi kaki candi. Undak-undak itu berhubungan dengan bangunan
penampil dan bilik tengah (ruang utama) candi. Di dalam bilik tengah itu terdapat lingga
dan yoni. Di bagian bawah lantai bilik tengah terdapat sistem parit. Di sebelah kiri dan
kanan jalan masuknya terdapat relung-relung kecil yang di dalamnya terdapat arca
Mahakala dan Nandiswara. Bilik-bilik lain yang dapat dimasuki melalui selasar keliling
pada batur, dulunya berisi arca Durga (bilik utara), Ganesa (bilik timur), dan Siwa-Guru
(bilik selatan). Arca Durga dan Ganesa sudah hilang, sedangkan arca Siwa-Guru masih
ada.
Candi Singosari dulunya tidak berdiri
sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam
lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi.
Mungkin di atas batur itu terdapat
bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang
mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi
yang terdapat di dalam kompleks percandian
terdapat arca Prajñaparamita, dewi kebijaksanaan
dalam agama Buddha, yang sekarang
disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca
lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan
yang terdapat di sekitar Candi Singosari
adalah arca Ganesa, Chakrachakra (Bhairawa),
Brahma, Trnawindu, dan Agastya.
Arca Durgamahisasuramardini.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam
bentuk Bhairawa ini, Siwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin
Chakrachakreswara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya
memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan (moko ?), dan tengkorak
manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Sayang hingga kini seluruh arca, kecuali arca Prajñaparamita, masih berdomisili
di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan
tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan
hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang
sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara.
Posted by
scoot
Saturday, January 22
Gunung Arjuna
Gunung Arjuno terletak di kota wisata Malang, Jawa Timur, dengan ketinggian 3.339 m dpl. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu.
Letak Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak Gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang. Selain dari dua tempat diatas Gunung Arjuno dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu,wisata Malang - Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun Kakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.
Gunung Arjuno mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari kecamatan Singosari melalui desa Sumberawan. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian.
Posted by
scoot
Friday, January 21
Daftar hotel di Wisata Malang
KARTIKA GRAHA HOTEL
Jl. Jaksa Agung Suprapto no.17
Malang Jawa Timur
Indonesia
Telp. 0341 - 361900
Hotel Tugu
Jalan Tugu No. 3
Malang, Jawa Timur
Telp. 0341-363891
Fax : +62-341-362747, 362765
Bromo Cottages Hotel
Tosari Pasuruan Jawa Timur
Telp.0343.571222
Hotel Inna Tretes
Jl.Pesanggrahan 2, Prigen Raya 67157
Jawa Timur - Indonesia
Telp. 0343-881776 | 881777
Fax. 62-343-881161
Kusuma Agrowisata Hotel
Jl. Abdul Gani Atas
Telp. 0341-593333, 593195
Fax : 62-341-593196
Batu Malang Indonesia
Hotel Graha Cakra
Jl. Cerme 16, Malang 65112
Jawa Timur - Indonesia
Telp. 0341.324989 (Hunting)
Royal Orchids Garden Hotel & Condominiums
Jl. Indragiri 4, Batu – Malang
Telp. 0341 593083 – 86
Hotel Agung
Jl. Ade Irma Suryani 23
Telp : 0341-366104
Hotel Aloha
Jl. Gajah Mada 7
Telp : 0341-326950
Hotel Armi
Jl. Kaliurang 63
Telp : 0341-362178
Hotel G Margosuko
Jl. KH Ahmad Dahlan 40-42
Telp : 0341-325270
Hotel Helios
Jl. Pattimura 37
Telp : 0341-362741
Hotel Taman Regent's
Jl J.A Suprapto 12-16
Telp : 0341-363388
Hotel Megawati
Jl. PB Sudirman 99
Telp : 0341-364724
Hotel Santoso
Jl. KH Agus Salim 24
Telp : 0341-366889
Hotel Riche
Jl. Basuki Rahmat 1
Telp : 0341-325460
Hotel Emma
Jl. Trunojoyo 21
Telp : 0341-363198
Hotel Serayu
Jl. Serayu 3A
Telp : 0341-482761
Hotel Splendid Inn
Jl. Mojopahit 2-4
Telp : 0341-366860
Hotel Graha Cakra
Jl. Cerme 16
Telp : 0341-324898
Hotel Mutiara
Jl. J.A Suprapto 30-32
Telp : 0341-326443
Hotel Montana Dua
Jl. C Panggung 2
Telp : 0341-495885
Hotel Pajajaran Park
Jl. Letjen Sutoyo 17 B
Telp : 0341-491347
Hotel Mansion
Jl. Laks. Martadinata 9
Telp : 0341-394946
Hotel Montana
Jl. Kahuripan 41
Telp : 0341-362751
Hotel Pelangi
Jl. Merdeka Selatan 3
Telp. 0341-365156
Hotel Pinus
Jl. S Priyo Sudarmo 31
Telp : 0341-485234
Hotel Kalpataru
Jl. Kalpataru 41
Telp : 0341-481184
Hotel Nara
Jl. Balai Arjisari
Telp : 0341-485579
Argo Wisata Wonosari
Jl. Kebon Teh Wonosari
Telp : 0341-426032
Hotel Wish
Jl. Tamrin 1
Telp : 0341-320404
Hotel Camelia
Jl. Dr. Cipto 24
Telp : 0341-323757
Hotel Kartika Kusuma
Jl. Kahuripan 12
Telp : 0341-352266
Hotel Mandala Puri
Jl. PB Sudirman 81
Telp : 0341-354055
Hotel Palem
Jl. Hassanudin 10
Telp : 0341-324783
Jl. Jaksa Agung Suprapto no.17
Malang Jawa Timur
Indonesia
Telp. 0341 - 361900
Hotel Tugu
Jalan Tugu No. 3
Malang, Jawa Timur
Telp. 0341-363891
Fax : +62-341-362747, 362765
Bromo Cottages Hotel
Tosari Pasuruan Jawa Timur
Telp.0343.571222
Hotel Inna Tretes
Jl.Pesanggrahan 2, Prigen Raya 67157
Jawa Timur - Indonesia
Telp. 0343-881776 | 881777
Fax. 62-343-881161
Kusuma Agrowisata Hotel
Jl. Abdul Gani Atas
Telp. 0341-593333, 593195
Fax : 62-341-593196
Batu Malang Indonesia
Hotel Graha Cakra
Jl. Cerme 16, Malang 65112
Jawa Timur - Indonesia
Telp. 0341.324989 (Hunting)
Royal Orchids Garden Hotel & Condominiums
Jl. Indragiri 4, Batu – Malang
Telp. 0341 593083 – 86
Hotel Agung
Jl. Ade Irma Suryani 23
Telp : 0341-366104
Hotel Aloha
Jl. Gajah Mada 7
Telp : 0341-326950
Hotel Armi
Jl. Kaliurang 63
Telp : 0341-362178
Hotel G Margosuko
Jl. KH Ahmad Dahlan 40-42
Telp : 0341-325270
Hotel Helios
Jl. Pattimura 37
Telp : 0341-362741
Hotel Taman Regent's
Jl J.A Suprapto 12-16
Telp : 0341-363388
Hotel Megawati
Jl. PB Sudirman 99
Telp : 0341-364724
Hotel Santoso
Jl. KH Agus Salim 24
Telp : 0341-366889
Hotel Riche
Jl. Basuki Rahmat 1
Telp : 0341-325460
Hotel Emma
Jl. Trunojoyo 21
Telp : 0341-363198
Hotel Serayu
Jl. Serayu 3A
Telp : 0341-482761
Hotel Splendid Inn
Jl. Mojopahit 2-4
Telp : 0341-366860
Hotel Graha Cakra
Jl. Cerme 16
Telp : 0341-324898
Hotel Mutiara
Jl. J.A Suprapto 30-32
Telp : 0341-326443
Hotel Montana Dua
Jl. C Panggung 2
Telp : 0341-495885
Hotel Pajajaran Park
Jl. Letjen Sutoyo 17 B
Telp : 0341-491347
Hotel Mansion
Jl. Laks. Martadinata 9
Telp : 0341-394946
Hotel Montana
Jl. Kahuripan 41
Telp : 0341-362751
Hotel Pelangi
Jl. Merdeka Selatan 3
Telp. 0341-365156
Hotel Pinus
Jl. S Priyo Sudarmo 31
Telp : 0341-485234
Hotel Kalpataru
Jl. Kalpataru 41
Telp : 0341-481184
Hotel Nara
Jl. Balai Arjisari
Telp : 0341-485579
Argo Wisata Wonosari
Jl. Kebon Teh Wonosari
Telp : 0341-426032
Hotel Wish
Jl. Tamrin 1
Telp : 0341-320404
Hotel Camelia
Jl. Dr. Cipto 24
Telp : 0341-323757
Hotel Kartika Kusuma
Jl. Kahuripan 12
Telp : 0341-352266
Hotel Mandala Puri
Jl. PB Sudirman 81
Telp : 0341-354055
Hotel Palem
Jl. Hassanudin 10
Telp : 0341-324783
Posted by
scoot
Gunung Kawi 2
Wisata Malang
Eyang Jugo atau Kyai Zakaria II dan Eyang Sujo atau Raden Mas Iman Sudjono adalah bhayangkara terdekat Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1830 saat perjuangan terpecah belah oleh
siasat kompeni, dan Pangeran Diponegoro tertangkap kemudian diasingkan ke Makasar, Eyang Jugo dan Eyang Sujo mengasingkan diri ke wilayah Gunung Kawi ini.
Semenjak itu mereka berdua tidak lagi berjuang dengan mengangkat senjata, tetapi mengubah perjuangan melalui pendidikan. Kedua mantan bhayangkara balatentara Pangeran Diponegoro ini, selain berdakwah agama islam dan mengajarkan ajaran moral kejawen, juga mengajarkan cara bercocok tanam, pengobatan, olah kanuragan serta ketrampilan lain yang berguna bagi penduduk setempat. Perbuatan dan karya mereka
sangat dihargai oleh penduduk di daerah tersebut, sehingga banyak masyarakat dari daerah kabupaten Malang dan Blitar datang ke padepokan mereka untuk menjadi murid atau pengikutnya.
Setelah Eyang Jugo meninggal tahun 1871, dan menyusul Eyang Iman Sujo tahun 1876, para murid dan pengikutnya tetap menghormatinya. Setiap tahun, para keturunan, pengikut dan juga para peziarah lain datang ke makam mereka umtuk melakukan peringatan. Setiap malam Jumat Legi, malam meninggalnya Eyang Jugo, dan juga peringatan wafatnya Eyang Sujo etiap tanggal 1 bulan Suro (muharram), di tempat ini selalu diadakan erayaan tahlil akbar dan upacara ritual lainnya. Upacara ini iasanya dipimpin oleh juru kunci makam yang masih merupakan para keturunan Eyang Sujo.
Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan uang secara sukarela. Namun para peziarah yakin, semakin banyak mengeluarkan uang atau sesaji, semakin banyak berkah yang akan didapat. Untuk masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap raja, mereka berjalan dengan lutut.
Hingga dewasa ini pesarean tersebut telah banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bukan saja berasal dari daerah Malang, Surabaya, atau daerah lain yang berdekatan dengan lokasi pesarean, tetapi juga dari berbagai penjuru tanah air.
Heterogenitas pengunjung seperti ini mengindikasikan bahwa
sosok kedua tokoh ini adalah tokoh yang kharismatik dan populis.Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke pesarean ini pun sangat beragam pula.
Ada yang hanya sekedar berwisata, mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.
Dari berbagai sumber
Eyang Jugo atau Kyai Zakaria II dan Eyang Sujo atau Raden Mas Iman Sudjono adalah bhayangkara terdekat Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1830 saat perjuangan terpecah belah oleh
siasat kompeni, dan Pangeran Diponegoro tertangkap kemudian diasingkan ke Makasar, Eyang Jugo dan Eyang Sujo mengasingkan diri ke wilayah Gunung Kawi ini.
Semenjak itu mereka berdua tidak lagi berjuang dengan mengangkat senjata, tetapi mengubah perjuangan melalui pendidikan. Kedua mantan bhayangkara balatentara Pangeran Diponegoro ini, selain berdakwah agama islam dan mengajarkan ajaran moral kejawen, juga mengajarkan cara bercocok tanam, pengobatan, olah kanuragan serta ketrampilan lain yang berguna bagi penduduk setempat. Perbuatan dan karya mereka
sangat dihargai oleh penduduk di daerah tersebut, sehingga banyak masyarakat dari daerah kabupaten Malang dan Blitar datang ke padepokan mereka untuk menjadi murid atau pengikutnya.
Setelah Eyang Jugo meninggal tahun 1871, dan menyusul Eyang Iman Sujo tahun 1876, para murid dan pengikutnya tetap menghormatinya. Setiap tahun, para keturunan, pengikut dan juga para peziarah lain datang ke makam mereka umtuk melakukan peringatan. Setiap malam Jumat Legi, malam meninggalnya Eyang Jugo, dan juga peringatan wafatnya Eyang Sujo etiap tanggal 1 bulan Suro (muharram), di tempat ini selalu diadakan erayaan tahlil akbar dan upacara ritual lainnya. Upacara ini iasanya dipimpin oleh juru kunci makam yang masih merupakan para keturunan Eyang Sujo.
Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan uang secara sukarela. Namun para peziarah yakin, semakin banyak mengeluarkan uang atau sesaji, semakin banyak berkah yang akan didapat. Untuk masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap raja, mereka berjalan dengan lutut.
Hingga dewasa ini pesarean tersebut telah banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bukan saja berasal dari daerah Malang, Surabaya, atau daerah lain yang berdekatan dengan lokasi pesarean, tetapi juga dari berbagai penjuru tanah air.
Heterogenitas pengunjung seperti ini mengindikasikan bahwa
sosok kedua tokoh ini adalah tokoh yang kharismatik dan populis.Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke pesarean ini pun sangat beragam pula.
Ada yang hanya sekedar berwisata, mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.
Dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Gunung Kawi
Siapa yang tak mengenal gunung Kawi...? menurut sebagian orang gunung kawi dianggap tempat yang sangat keramat, dan tempat untuk mendapatkan pesugihan. Banyak warga keturunan yang datang untuk mengunjungi Gunung tersebut.
biasanya lonjakan pengunjung terjadi pada hari jum'at legi(hari pemakaman eyang Yugo) dan tanggal 12 suro(wafat nya eyang Yugo).
Biasanya Ritual dilakukan dengan cara membakar dupa, menyembelih ayam, kambing atau sapi,dan juga bersemedi berjam-jam, berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan.
Saat berada di dalam bangunan makam, pengunjung tidak boleh memikirkan sesuata yang tidak baik.pengunjung harus suci lahir dan batin sebelum berdoa.
selain pesarean terdapat pula tempat-tempat yang bnyak dikunjungi karena di keramatkan,dan mempunyai kekuatan magis, yang dipercaya dapat mendatangkan keberuntungn.
Diantaranya adalah:
1.Rumah padepokan eyang Sujo
padepokan ini pertama di kuasakan kepada pengikut terdekat eyang Sujo yaitu ki maridun.yang di dalam nya terdapat bantal dan guling yang terbuat dari batang pohon kelapa,serta tombsk pusaka semasa perang Diponegoro.
2.Guci kuno
dua buah guci ini dulu di pergunkan untuk menyimpan air suci untuk pengobatan.masyarakat menyebut nya dengan "janjam"
masyarakat percaya dengan meminum air dalam guci tersebut akan membuat awet muda.
3.Pohon dewandaru.
pohon ini terdapat diarea pemakaman.pohon ini disebut pohon dewandaru/kesabaran.pohon ini termasuk jenis cerme belanda,oleh orang Tionghoa dianggap sebagai SHian-to atau pohon Dewa.dhulu pohon ini ditanam untuk menandakan bahwa tempat di daerah sini aman.
untuk mendapatkan simbol perantara kekayan,peziarah menunggu daun, buah atau dahan yang jatuh.begitu mendapatkan nya peziarah akan membungkus dengan uang untuk dijadikan azimat.apabila harapan mereka terkabul maka mereka akan kembali untuk melakukan syukuran.
lalu siapakah sebenarnya Eyang jugo dan eyang Sujo???
Posted by
scoot
Wednesday, January 19
Candi Kidal 2
Anusapati - Sang Garuda Yang Berbakti
Bathara Anusapati menjadi raja
Selama pemerintahannya tanah Jawa kokoh sentosa
Tahun caka Perhiasan Gunung Sambu (1170 C - 1248 M) beliau berpulang ke Siwabudaloka
Cahaya beliau diwujudkan arca Siwa gemilang di candi Kidal
(Nagarakretagama : pupuh 41 / bait 1, Slamet Mulyono)
Demikianlah penggalan kitab Negarakretagama, sebuah kakawin kaya raya informasi tentang kerajaan Majapahit dan Singosari, berkaitan dengan raja Singosari ke-2, Anusapati, beserta tempat pendharmaannya di candi Kidal.
Dirunut dari usianya, Candi Kidal merupakan candi tertua dari peninggalan candi-candi periode Jawa Timur pasca Jawa Tengah (abad ke-5 – 10 M). Hal ini karena periode Mpu Sindok (abad X M), Airlangga (abad XI M) dan Kediri (abad XII M) sebelumnya tidak meninggalkan sebuah candi, kecuali Candi Belahan (Gempol) dan Jolotundo (Trawas) yang sesungguhnya bukan merupakan candi melainkan petirtaan. Sesungguhnya ada candi yang lebih tua yakni Candi Kagenengan yang menurut versi kitab Nagarakretagama tempat di-dharma-kannya, Ken Arok, ayah tiri Anusapati. Namun sayang candi ini sampai sekarang belum pernah ditemukan.
Pada bagian kaki candi terpahatkan 3 buah relief indah yang menggambarkan cerita legenda Garudeya (Garuda). Cerita ini sangat popular dikalangan masyarakat Jawa saat itu sebagai cerita moral tentang pembebasan atau ruwatan Kesusastraan Jawa kuno berbentuk kakawin tersebut, mengisahkan tentang perjalanan Garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.
Cerita ini juga ada pada candi Jawa Timur yang lain yakni di candi Sukuh (lereng utara G. Lawu). Cerita Garuda sangat dikenal masyarakat pada waktu berkembang pesat agama Hindu aliran Waisnawa (Wisnu) terutama pada periode kerajaan Kahuripan dan Kediri. Sampai-sampai Airlangga, raja Kahuripan, setelah meninggal diujudkan sebagai dewa Wisnu pada candi Belahan dan Jolotundo, dan patung Wisnu diatas Garuda paling indah sekarang masih tersiumpan di museum Trowulan dan diduga berasal dari candi Belahan.
Narasi cerita Garudeya pada candi Kidal dipahatkan dalam 3 relief dan masing-masing terletak pada bagian tengah sisi-sisi kaki candi kecuali pintu masuk. Pembacaannya dengan cara prasawiya (berjalan berlawanan arah jarum jam) dimulai dari sisi sebelah selatan atau sisi sebelah kanan tangga masuk candi. Relief pertama menggambarkan Garuda dibawah 3 ekor ular, relief kedua melukiskan Garuda dengan kendi diatas kepalanya, dan relief ketiga Garuda menggendong seorang wanita. Diantara ketiga relief tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan masih utuh.
Dikisahkan bahwa Kadru dan Winata adalah 2 bersaudara istri resi Kasiapa. Kadru mempunyai anak angkat 3 ekor ular dan Winata memiliki anak angkat Garuda. Kadru yang pemalas merasa bosan dan lelah harus mengurusi 3 anak angkatnya yang nakal-nakal karena sering menghilang diantara semak-semak. Timbullah niat jahat Kadru untuk menyerahkan tugas ini kepada Winata. Diajaklah Winata bertaruh pada ekor kuda putih Uraiswara yang sering melewati rumah mereka dan yang kalah harus menurut segala perintah pemenang. Dengan tipu daya, akhirnya Kadru berhasil menjadi pemenang. Sejak saat itu Winata diperintahkan melayani segala keperluan Kadru serta mengasuh ketiga ular anaknya setiap hari. Winata selanjutnya meminta pertolongan Garuda untuk membantu tugas-tugas tersebut. (relief pertama).
Ketika Garuda tumbuh besar, dia bertanya kepada ibunya mengapa dia dan ibunya harus menjaga 3 saudara angkatnya sedangkan bibinya tidak. Setelah diceritakan tentang pertaruhan kuda Uraiswara, maka Garuda mengerti. Suatu hari ditanyakanlah kepada 3 ekor ular tersebut bagaimana caranya supaya ibunya dapat terbebas dari perbudakan ini. Dijawab oleh ular "bawakanlah aku air suci amerta yang disimpan di kahyangan serta dijaga para dewa, dan berasal dari lautan susu". Garuda menyanggupi dan segera mohon ijin ibunya untuk berangkat ke kahyangan. Tentu saja para dewa tidak menyetujui keinginan Garuda sehingga terjadilah perkelahian. Namun berkat kesaktian Garuda para dewa dapat dikalahkan. Melihat kekacauan ini Bathara Wisnu turun tangan dan Garuda akhirnya dapat dikalahkan. Setelah mendengar cerita Garuda tentang tujuannya mendapatkan amerta, maka Wisnu memperbolehkan Garuda meminjam amerta untuk membebaskan ibunya dan dengan syarat Garuda juga harus mau menjadi tungganggannya. Garuda menyetujuinya. Sejak saat itu pula Garuda menjadi tunggangan Bathara Wisnu seperti nampak pada patung-patung Wisnu yang umumnya duduk diatas Garuda. Garuda turun kembali ke bumi dengan amerta. (relief kedua).
Dengan bekal air suci amerta inilah akhirnya Garuda dapat membebaskan ibunya dari perbudakan atas Kadru. Hal ini digambarkan pada relief ketiga dimana Garuda dengan gagah perkasa menggendong ibunya dan bebas dari perbudakan. (relief ketiga)
Berbeda dengan candi-candi Jawa Tengah, candi Jawa Timuran berfungsi sebagai tempat pen-dharma-an (kuburan) raja, sedangkan candi-candi Jawa Tengah dibangun untuk memuliakan agama yang dianut raja beserta masyarakatnya. Seperti dijelaskan dalam kitab Negarakretagama bahwa raja Wisnuwardhana didharmakan di candi Jago, Kertanegara di candi Jawi dan Singosari, Hayam Wuruk di candi Ngetos, dsb.
Dalam filosofi Jawa asli, candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa. Ide ini berkaitan erat dengan konsep "Dewa-Raja" yang berkembang kuat di Jawa saat itu. Dan untuk menguatkan prinsip ruwatan tersebut sering dipahatkan relief-relief cerita moral dan legenda pada kaki candi, seperti pada candi Jago, Surowono, Tigowangi, Jawi, dan lain lain. Berkaitan dengan prinsip tersebut, dan sesuai dengan kitab Negarakretagama, maka candi Kidal merupakan tempat diruwatnya raja Anusapati dan dimuliakan sebagai Siwa. Sebuah patung Siwa yang indah dan sekarang masih tersimpan di museum Leiden - Belanda diduga kuat berasal dari candi Kidal. Sebuah pertanyaan, mengapa dipahatkan relief Garudeya? Apa hubungannya dengan Anusapati?.
Kemungkinan besar sebelum meninggal, Anusapati berpesan kepada keluarganya agar kelak candi yang didirikan untuknya supaya dibuatkan relief Garudeya. Dia sengaja berpesan demikian karena bertujuan meruwat ibunya, Kendedes, yang sangat dicintainya, namun selalu menderita selama hidupnya dan belum sepenuhnya menjadi wanita utama.
Dalam prasasti Mula Malurung, dikisahkan bahwa Kendedes adalah putri Mpu Purwa dari pedepokan di daerah Kepanjen Malang yang cantik jelita tiada tara. Kecantikan Ken Dedes begitu tersohor hingga akuwu Tunggul Ametung, terpaksa menggunakan kekerasan untuk dapat menjadikan dia sebagai istrinya prameswari. Setelah menjadi istri Tunggul Ametung, ternyata Ken Dedes juga menjadi penyebab kematian suaminya yang sekaligus ayah Anusapati karena dibunuh oleh Ken Arok, ayah tirinya.
Hal ini terjadi karena Ken Arok, yang secara tak sengaja ditaman Boboji kerajaan Tumapel melihat mengeluarkan sinar kemilau keluar dari aurat Kendedes. Setelah diberitahu oleh pendeta Lohgawe, bahwa wanita mana saja yang mengeluarkan sinar demikian adalah wanita ardanareswari, yakni wanita yang mampu melahirkan raja-raja besar di Jawa. Sesuai dengan ambisi Ken Arok maka diapun membunuh Tunggul Ametung serta memaksa kawin dengan Kendedes. Sementara itu setelah mengawini Kendedes, Ken Arok masih juga mengawini Ken Umang dan menurut cerita tutur Ken Arok lebih menyayangi istri keduanya dari pada Ken Dedes; Sehingga Ken Dedes diabaikan.
Berlandaskan uraian diatas, maka pemberian relief Garudeya pada candi Kidal oleh Anusapati bertujuan untuk meruwat ibunya Ken Dedes yang cantik jelita namun nestapa hidupnya. Anusapati sangat berbakti dan mencintai ibunya. Dia ingin ibunya menjadi suci kembali sebagai wanita sempurna lepas dari penderitaan dan nestapa.
Diambil dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Wisata Malang
Kota Malang memang sudah terkenal keindahan nya. Hawa yamg sejuk dan dingin membuat kota ini banyak di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing. Banyak sekali wisata yang ditawarkan di kota Malang. mulai dari wisata budaya atau wisata sejarah, seperti candi dan museum yang ada di kota malang.
Bila anda hoby berpetualang, wisata di Malang juga menyuguh kan tempat yang indah dan menantang seperti gunung Bromo, gunung Semeru, tempat rafting di kasembon rafting dan banyak lagi tempat wisata alam yang dapat membuat adrenalin anda meningkat.
Kalau anda ingin bersantai di pantai, anda bisa mengunjungi pantai bale kambang,pantai ngliyep, serta beberaopa pantai indah lainnya. Bila anda hoby berkebun silahkan mencoba berwisata di daerah perkebunan seperti memetik buah apel, strowberi dan aneka buah yang hasilnya bisa anda bawa pulang.
Kuliner di Malang juga tak kalah maknyus nya dengan kuliner di daerah lain, sudah banyak artis-artis ibu kota yang kepincut dengan kuliner di kota Malang.
untuk masalah menginap anda tak perlu khawatir.karena anda akan banyak menjumpai hotel-hotel di Malang.nulai yang berbintang sampai yang sangat murah.
tak kan lengkap rasanya anda berkunjung ke Jawa Timur tanpa berwisata di Malang.
Posted by
scoot
Monday, January 17
Gunung Bromo
Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Untuk menuju ke Gunung Bromo, anda dapat melewati jalur dari Probolinggo atau dari wisata Malang.kedua jalur tersebut menyuguhkan keindahan alam yang berbeda-beda.
Apabila anda lewat jalur wisata Malang,dari Arjosari anda dapat naik angkot jurusan Tumpang-Arjosari dan turun di pasar Tumpang.lalu anda bias menyewa mobil jeep yang banyak mangkal di sekitar situ.
Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu.
Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah selebar ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo.
Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Diambil dari berbagai sumber
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Untuk menuju ke Gunung Bromo, anda dapat melewati jalur dari Probolinggo atau dari wisata Malang.kedua jalur tersebut menyuguhkan keindahan alam yang berbeda-beda.
Apabila anda lewat jalur wisata Malang,dari Arjosari anda dapat naik angkot jurusan Tumpang-Arjosari dan turun di pasar Tumpang.lalu anda bias menyewa mobil jeep yang banyak mangkal di sekitar situ.
Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu.
Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah selebar ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo.
Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Diambil dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Candi Kidal
Candi kidal Terletak di desa kidal, kecamatan Tumpang, sekitar 20 km sebelah timur kota wisata malang Jawa Timur, candi Kidal dibangun pada 1248 M, bertepatan dengan berakhirnya rangkaian upacara pemakaman yang disebut Cradha (tahun ke-12) untuk menghormat raja Anusapati yang telah meninggal. Setelah selesai pemugaran kembali pada dekade 1990-an, candi ini sekarang berdiri dengan tegak dan kokoh serta menampakkan keindahannya. Jalan menuju ke Candi Kidal sudah bagus setelah beberapa tahun rusak berat. Di sekitar candi banyak terdapat pohon-pohon besar dan rindang, taman candi juga tertata dengan baik, ditambah lingkungan yang bernuansa pedesaan menambah suasana asri bila berkunjung kesana.
Dari daftar buku pengunjung yang ada nampak bahwa Candi Kidal tidak sepopuler “teman”-nya candi Singosari, Jago, atau Jawi. Ini diduga karena Candi Kidal terletak jauh di pedesaan, tidak banyak diulas oleh pakar sejarah, dan jarang ditulis pada buku-buku panduan pariwisata.
Namun demikian candi Kidal sesungguhnya memiliki beberapa kelebihan menarik dibanding dengan candi-candi lainnya tersebut. Candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Kaki candi nampak agak tinggi dengan tangga masuk keatas kecil-kecil seolah-olah bukan tangga masuk sesungguhnya. Badan candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi sehingga memberi kesan ramping. Pada kaki dan tubuh candi terdapat hiasan medallion serta sabuk melingkar menghiasi badan candi. Atap candi terdiri atas 3 tingkat yang semakin keatas semakin kecil dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas tanpa hiasan atap seperti ratna (ciri khas candi Hindu) atau stupa (ciri khas candi Budha). Masing-masing tingkat disisakan ruang agak luas dan diberi hiasan. Konon tiap pojok tingkatan atap tersebut dulu disungging dengan berlian kecil.
Hal menonjol lainnya adalah kepala kala yang dipahatkan diatas pintu masuk dan bilik-bilik candi. Kala, salah satu aspek Dewa Siwa dan umumnya dikenal sebagai penjaga bangunan suci. Hiasan kepala kala Candi Kidal nampak menyeramkan dengan matanya melotot, mulutnya terbuka dan nampak dua taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan dominan. Adanya taring tersebut juga merupakan ciri khas candi corak Jawa Timuran. Di sudut kiri dan kanannya terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam. Maka sempurnalah tugasnya sebagai penjaga bangunan suci candi.
Di sekeliling candi terdapat sisa-sisa pondasi dari sebuah tembok keliling yang berhasil digali kembali sebagai hasil pemugaran tahun 1990-an. Terdapat tangga masuk menuju kompleks candi disebelah barat melalui tembok tersebut namun sulit dipastikan apakah memang demikian aslinya. Jika dilihat dari perspektif tanah sekeliling dengan dataran kompleks candi, nampak candi kompleks Kidal agak menjorok kedalam sekitar 1 meter dari permukaan sekarang ini. Apakah dataran candi merupakan permukaan tanah sesungguhnya akibat dari bencana alam seperti banjir atau gunung meletus tidak dapat diketahui dengan pasti.
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan budaya Jawa Timuran, telah mengalami pemugaran pada tahun 1990. Candi kidal juga memuat cerita Garudeya, cerita mitologi Hindu, yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan.
Di ambil dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Candi Jago
Asal-usul kata Candi Jago berasal dari "Jajaghu", didirikan pada masa Kerajaan Singhasari di abad ke-13.
Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten wisata Malang, atau sekitar 22 km dari Kota wisata Malang.Untuk menuju ke sana anda dapat menggunakan kendaraan dari Arjosari dengan menggunakan mobil angkutan jurusan Tumpang-Arjosari [TA].
Menurut cerita bagian atap dari Candi ini pernah tersambar petir,ini membuat candi ini kelihatan unik.
Di candi ini anda dapat menemui Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra . Dengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada Prasasti Manjusri. Tetapi Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi.
Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita fabel. Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi Jago kita berjalan mengelilingi candi searah putaran jarum jam (pradaksiana).
Pada sudut kiri candi (barat laut) terlukis awal cerita binatang seperti halnya cerita Tantri. Cerita ini terdiri dari beberapa panel.
Sedangkan pada dinding depan candi terdapat fabel, yaitu kura-kura. Ada dua kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara kura-kura tadi menggigit setangkai kayu. Di tengah perjalanan kura-kura ditertawakan oleh segerombolan serigala. Mereka mendengar dan kura-kura membalas dengan kata-kata (berucap), sehingga terbukalah mulutnya. Ia terjatuh karena terlepas dari gigitan kayunya. Kura-kura menjadi makanan serigala. Maknanya kurang lebih memberikan nasihat, janganlah mundur dalam usaha atau pekerjaan hanya karena hinaan orang.
Pada sudut timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang meriwayatkan Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi kepada dewa tertinggi, yaitu Sang Wairocana untuk mempelajari ajaran Buddha.Salah satu patung yang awalnya terdapat pada Candi Jago, yang merupakan perlambangan Dewi Bhrkuti
Beberapa hiasan dan relief pada kaki candi berupa cerita Kunjarakarna. Cerita ini bersifat dedaktif dalam kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang raksasa Kunjarakarna ingin menjelma menjadi manusia.Ia menghadap Wairocana dan menyampaikan maksudnya. Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha, akhirnya keinginan raksasa terkabul.
Pada teras ketiga terdapat cerita Arjunawiwaha yang meriwayatkan perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca.
Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana.Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.
Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Dan kemudian Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri.
Diambil dari berbagai sumber
Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten wisata Malang, atau sekitar 22 km dari Kota wisata Malang.Untuk menuju ke sana anda dapat menggunakan kendaraan dari Arjosari dengan menggunakan mobil angkutan jurusan Tumpang-Arjosari [TA].
Menurut cerita bagian atap dari Candi ini pernah tersambar petir,ini membuat candi ini kelihatan unik.
Di candi ini anda dapat menemui Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra . Dengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada Prasasti Manjusri. Tetapi Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi.
Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita fabel. Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi Jago kita berjalan mengelilingi candi searah putaran jarum jam (pradaksiana).
Pada sudut kiri candi (barat laut) terlukis awal cerita binatang seperti halnya cerita Tantri. Cerita ini terdiri dari beberapa panel.
Sedangkan pada dinding depan candi terdapat fabel, yaitu kura-kura. Ada dua kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara kura-kura tadi menggigit setangkai kayu. Di tengah perjalanan kura-kura ditertawakan oleh segerombolan serigala. Mereka mendengar dan kura-kura membalas dengan kata-kata (berucap), sehingga terbukalah mulutnya. Ia terjatuh karena terlepas dari gigitan kayunya. Kura-kura menjadi makanan serigala. Maknanya kurang lebih memberikan nasihat, janganlah mundur dalam usaha atau pekerjaan hanya karena hinaan orang.
Pada sudut timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang meriwayatkan Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi kepada dewa tertinggi, yaitu Sang Wairocana untuk mempelajari ajaran Buddha.Salah satu patung yang awalnya terdapat pada Candi Jago, yang merupakan perlambangan Dewi Bhrkuti
Beberapa hiasan dan relief pada kaki candi berupa cerita Kunjarakarna. Cerita ini bersifat dedaktif dalam kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang raksasa Kunjarakarna ingin menjelma menjadi manusia.Ia menghadap Wairocana dan menyampaikan maksudnya. Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha, akhirnya keinginan raksasa terkabul.
Pada teras ketiga terdapat cerita Arjunawiwaha yang meriwayatkan perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca.
Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana.Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.
Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Dan kemudian Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri.
Diambil dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Sunday, January 16
Sejarah Malang
Kota Malang terletak di sebelah timur pulau jawa.tepat nya 90km sebelah selatan Ibukota Provinsi Surabaya
Sampai saat ini asal-usul nama kota Malang masih di selidiki oleh para ahli sejarah.
Dari sumber-sumber yang ada, saat ini telah di peroleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama “Malang
”
Lambang kota malang yang bertuliskan MALANGKUCECWARA, merupakan salah satu nama bangunan suci yang di temukan dalam bentuk dua prasasti raja balilitung dari Jawa tengah,yakni prasasti mantyasih tahun 907 dan tahun 908.yang ditemukan diantara Surabaya-Malang.
Akan tetapi sampai sekarang letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara masih belum pasti.Satu pihak ada yang mengatakan di daerah Buring,karena disana terdapat pegunungan yang Puncaknya bernama Malang.Pihak lain mengatakan terdapat di sebuah kota disebelah Timur kota malang yaitu Tumpang.karena disana terdapat desa Malangsuka yang diduga berasal dari kata malangkuca.Yang diperkuat dengan banyaknya peninggalan sejarah seperti candi Jago dan candi Kidal yang keduanya adalah peninggalan kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu.
Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu.
Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda.Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya [[Ijen Boullevard]] dan kawasan sekitarnya.
Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”.
Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
* Tahun 1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota
* Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
* Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
* Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
* 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
* 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
* 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
* 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
* 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
Di ambil dari berbagai sumber
Posted by
scoot
Subscribe to:
Posts (Atom)